Jaringan MPLS Whitepaper

|| || , || Leave a komentar














Kuncoro Wastuwibowo



Versi 1.2



November 2003















[pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict]





Jaringan MPLS



Kuncoro Wastuwibowo, telkom.info



Sekilas Network Infokom



Riset dan inovasi teknologi telekomunikasi dikembangkan terus-menerus dengan didorong



oleh kebutuhan untuk mewujudkan jaringan informasi yang memiliki sifat-sifat berikut:



n Menyediakan layanan yang beraneka ragam bentuk dan karakternya



n Memiliki kapasitas tinggi sesuai kebutuhan yang berkembang



n Mudah diakses dari mana saja, kapan saja



n Terjangkau harganya





Secara teknis, kebutuhan ini diterjemahkan menjadi sebuah network yang memenuhi



karakteristik berikut:



n Broadband: mampu menyediakan kapasitas tinggi sesuai kebutuhan



n Paket: mampu memberikan efisiensi tinggi



n Skalabilitas: memberikan aspek ekonomi yang menguntungkan dalam pengembangan



n Diferensiasi: menyediakan beragam alternatif dalam sebuah sistem



n Mobile: mempertinggi daya akses bagi pemakai





Di akhir abad ke-20, industri telekomunikasi mengimplementasikan teknologi broadband



dalam bentuk rangkaian ATM di atas SDH di atas WDM. ATM telah memiliki mekanisme



pemeliharaan QoS, dan memungkinkan diferensiasi layanan dalam sebuah network.



Kelemahan ATM adalah pada masalah skalabilitas yang mengakibatkan perlunya investasi



tinggi untuk implementasinya.



Di lain pihak, teknologi Internet yang berbasis pada IP berkembang lebih cepat. IP saat ini



telah menjadi standar de facto untuk sistem komunikasi data secara global. IP sangat baik



dari segi skalabilitas, yang membuat teknologi Internet menjadi cukup murah. Namun IP



memiliki kelemahan cukup serius pada implementasi QoS.



Berbagai cara telah dilakukan untuk memperbaiki karakteristik broadband network.



Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengimplementasikan QoS ke dalam jaringan



IP. Metode-metode IP over ATM, misalnya, telah diajukan untuk membentuk broadband



network yang sekaligus memiliki skalabilitas dan QoS yang baik. Di luar ATM sendiri, ada



dikembangkan beberapa metode untuk memperbaiki kinerja jaringan IP, termasuk dengan



teknologi MPLS.









[pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict]





MPLS merupakan salah satu bentuk konvergensi vertikal dalam topologi jaringan. MPLS



menjanjikan banyak harapan untuk peningkatan performansi jaringan paket tanpa harus



menjadi rumit seperti ATM. Metode MPLS membangkitkan gagasan untuk mengubah



paradigma routing di layer-layer jaringan yang ada selama ini, dan mengkonvergensikannya



ke dalam sebuah metode, yang dinamai GMPLS. GMPLS melakukan forwarding data



menggunakan VC tingkat rendah dan tingkat tinggi di SDH, dan panjang-gelombang di



WDM, dan serat-serat dalam FO; terpadu dengan routing di layer IP.





HTTP SMTP SIP SNMP RTP RIP



TCP ICMP UDP



IP



MPLS



FR ATM



SDH



WDM







h t t p : / / t e l k o m . i n f o 2





[pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict]





IP Network



IP adalah standar de facto dalam komunikasi komputer bersistem unix, yang kemudian



menjadi standar komunikasi global. Buku [Hall 2000] banyak mendalami network IP dan



protokol-protokol utama di dalamnya. Protokol-protokol dalam suite IP didefinisikan dalam



RFC-RFC yang diterbitkan oleh IETF. IP sendiri dijelaskan dalam RFC-791. RFC-791



menyatakan bahwa IP dirancang sebagai sistem interkoneksi jaringan paket.



Paket adalah blok data yang dilengkapi dengan informasi alamat yang diperlukan untuk



penghantaran data itu. Setiap paket dihantarkan secara terpisah tanpa saling berhubungan.



Datagram adalah format paket data yang didefinisikan dalam IP, terdiri atas header dan



data. Header mengandung informasi alamat dan fungsi kontrol lainnya.





HEADER



DATA CUSTOMER



IP







Routing IP



IP menghantarkan paket dengan memeriksa alamat tujuan di header. Jika alamat tujuan



masih merupakan bagian dalam sebuah network, paket dihantarkan langsung ke host



tujuan. Jika alamat tujuan bukan merupakan bagian internal network, paket dikirimkan ke



network lain dengan mekanisme yang disebut routing. Perangkat untuk memilih, mengirim,



dan menerima paket IP antar network disebut router.



IP melakukan pemilihan routing untuk setiap paket. Tidak ada pertukaran informasi kontrol



(handshake) untuk membentuk hubungan dari ujung ke ujung sebelum transmisi data.



Karenanya, IP disebut protokol tanpa koneksi (connectionless). IP mengandalkan protokol di



layer lain untuk keperluan itu, dan juga keperluan seperti pemeriksaan dan perbaikan



kesalahan.



Dalam proses routing IP, tidak terdapat mekanisme pemeliharaan QoS. Protokol yang



sering digunakan di atas IP, yaitu TCP, memiliki feature yang memungkinkan jaminan



validitas data. Namun TCP tidak bersifat universal, karena memiliki banyak kelemahan untuk



diaplikasikan pada paket suara atau multimedia. Dengan mulai digunakannya IP sebagai



infrastruktur informasi global, mulai digagas berbagai cara untuk mewujudkan jaringan IP



dengan QoS





h t t p : / / t e l k o m . i n f o 3





[pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict]





Protokol di Atas IP



Saat sebuah datagram diterima di sebuah host, data dialihkan ke protokol di atas IP.



Pemilihan protokol ini berdasar field identifikasi paket (PIDD) di header paket. Setiap



protokol memiliki angka yang unik dan baku. Misalnya PIDD 6 menunjukkan TCP, 17 untuk



UDP, dan 1 untuk ICMP.



ICMP (Internet Control Message Protocol, RFC-792) adalah protokol yang bertugas



menyampaikan pesan-pesan pengendalian penghantaran paket, seperti kontrol dan



pelaporan kesalahan. Pesan-pesan ICMP meliputi juga deteksi alamat yang tak dapat



dijangkau, pengubahan arah routing, dan pemeriksaan host jarak jauh.



TCP (Transmission Control Protocol, RFC-793) menghantarkan paket dari host ke host



dengan jaminan validitas data. Jika terjadi kesalahan, TCP memiliki mekanisme meminta



pengiriman ulang. TCP juga memungkinkan host mengelola banyak sambungan sekaligus.



TCP sangat populer dalam transformasi data yang membentuk dunia Internet, sehingga



diistilahkan bahwa Internet dibangun dengan suite TCP/IP.



Jika koreksi validitas data tidak diperlukan, protokol UDP dapat dipakai. UDP (User



Datagram Protocol, RFC-768) lebih sederhana dan lebih cepat dari TCP, tetapi nyaris tidak



memberikan pengendalian data dalam bentuk apa pun. UDP umumnya dipakai untuk



transfer data yang memerlukan kecepatan tetapi kurang peka pada kesalahan, seperti



transfer suara dan video.



QoS pada IP Network



QoS adalah hasil kolektif dari berbagai kriteria performansi yang menentukan tingkat



kepuasan penggunaan suatu layanan. Umumnya QoS dikaji dalam kerangka



pengoptimalan kapasitas network untuk berbagai jenis layanan, tanpa terus menerus



menambah dimensi network.



Berbagai aplikasi memiliki jenis kebutuhan yang berbeda. Misalnya transaksi data bersifat



sensitif terhadap distorsi tetapi kurang sensitif terhadap delay. Sebaliknya, komunikasi suara



bersifat sensitif terhadap tundaan dan kurang sensitif terhadap kesalahan. Tabel berikut



[Dutta-Roy 2000] memaparkan tingkat kepekaan performansi yang berbeda untuk jenis



layanan network yang berlainan.



KEPEKAAN PERFORMANSI



LAYANAN BAND



LOSS DELAY JITTER



WIDTH



Voice Rendah Medium Tinggi Tinggi



Transaksi Data Rendah Tinggi Tinggi Rendah



Email Rendah Tinggi Rendah Rendah



Browsing Biasa Rendah Medium Medium Rendah



Browsing Serius Medium Tinggi Tinggi Rendah



Transfer File Tinggi Medium Rendah Rendah



Video Conference Rendah Medium Tinggi Tinggi



Multicasting Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi





h t t p : / / t e l k o m . i n f o 4





[pict]





IP tidak memiliki mekanisme pemeliharaan QoS. Protokol seperti TCP memang



memungkinkan jaminan validitas data, sehingga suite TCP/IP selama ini dianggap cukup



ideal bagi transfer data. Tetapi verifikasi data mengakibatkan tundaan hantaran paket.



Lagipula mekanisme ini tidak dapat digunakan untuk paket dengan protocol UDP, seperti



suara dan video.



Beberapa skema telah diajukan untuk mengelola QoS dalam network IP. Dua skema utama



adalah Integrated Services (IntServ) dan Differentiated Services (DiffServ). IntServ bertujuan



menyediakan sumberdaya seperti bandwidth untuk trafik dari ujung ke ujung. Sementara



DiffServ bertujuan membagi trafik atas kelas-kelas yang kemudian diberi perlakuan yang



berbeda.





Integrated Service (IntServ)



IntServ (RFC-1633) terutama ditujukan untuk aplikasi yang peka terhadap tundaan dan



keterbatasan bandwidth, seperti videoconference dan VoIP. Arsitekturnya berdasar sistem



pencadangan sumberdaya per aliran trafik. Setiap aplikasi harus mengajukan permintaan



bandwidth, baru kemudian melakukan transmisi data. Dua model layanan IntServ adalah:



n Guaranteed-service (RFC-2212), layanan dengan batas bandwidth dan delay yang jelas



n Controlled-load service (RFC-2211), yaitu layanan dengan persentase delay statistik



yang terjaga



Layanan ketiga, yang paling jelek, adalah layanan best-effort, yang hanya memberikan



routing terbaik, tetapi tanpa jaminan sama sekali.



Sistem pemesanan sumberdaya memerlukan protokol tersendiri. Salah satu protokol yang



sering digunakan adalah RSVP (RFC-2205). Penggunaan RSVP untuk IntServ dijelaskan



dalam RFC-2210.



Masalah dalam IntServ adalah skalabilitas (RFC-2998). Setiap node di network harus



mengenali dan mengakui mekanisme ini. Juga protokol RSVP berlipat untuk setiap aliran



trafik. Maka IntServ menjadi baik hanya untuk voice dan video, tetapi sangat tidak tepat



untuk aplikasi semacam web yang aliran trafiknya banyak tapi datanya kecil.





Differentiated Service (DiffServ)



DiffServ (RFC-2475) menyediakan diferensiasi layanan, dengan membagi trafik atas kelas-



kelas, dan memperlakukan setiap kelas secara berbeda. Identifikasi kelas dilakukan dengan



memasang semacam kode DiffServ, disebut DiffServ code point (DSCP), ke dalam paket IP.



Ini dilakukan tidak dengan header baru, tetapi dengan menggantikan field TOS (type of



service) di header IP dengan DS field, seperti yang dispesifikasikan di RFC-2474. Dengan



cara ini, klasifikasi paket melekat pada paket, dan bisa diakses tanpa perlu protokol



persinyalan tambahan.



h t t p : / / t e l k o m . i n f o 5





[pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict]





HEADER



DATA CUSTOMER



IP



DSCP



(DIFFSERV CODE POINT) RSVD







Jumlah kelas tergantung pada provider, dan bukan merupakan standar. Pada trafik lintas



batas provider, diperlukan kontrak trafik yang menyebutkan pembagian kelas dan perlakuan



yang diterima untuk setiap kelas. Jika suatu provider tidak mampu menangani DiffServ,



maka paket ditransferkan apa adanya sebagai paket IP biasa, namun di provider berikutnya,



DS field kembali diakui oleh provider. Jadi secara keseluruhan, paket-paket DiffServ tetap



akan menerima perlakuan lebih baik.



DiffServ tidak memiliki masalah skalabilitas. Informasi DiffServ hanya sebatas jumlah kelas,



tidak tergantung besarnya trafik (dibandingkan IntServ). Skema ini juga dapat diterapkan



bertahap, tidak perlu sekaligus ke seluruh network.



h t t p : / / t e l k o m . i n f o 6





[pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict]







Perbandingan IntServ dan DiffServ



Perbandingan IntServ dan DiffServ dipaparkan dalam table berikut [Dovrolis & Ramanathan



1999].



INTSERV DIFFSERV



Granularity of service Individual flow Aggregate of flows



differentiation



Traffic classification basis Deterministic or Absolute or relative



statistical guarantees assurances



Admission control Required Required for absolute



differentiation only



Signalling protocol Required (RSVP) Not required for relative



schemes



Coordination for service End-to-end Local (per-hop)



differentiation



Scalability Limited by the number of Limited by the number of



flows classes of service



Network management Similar to circuit-switched Similar to existing IP



networks networks



Interdomain deployment Multilateral agreements Bilateral agreements







MPLS



Teknologi ATM dan frame relay bersifat connection-oriented: setiap virtual circuit harus



disetup dengan protokol persinyalan sebelum transmisi. IP bersifat connectionless: protokol



routing menentukan arah pengiriman paket dengan bertukar info routing. MPLS mewakili



konvergensi kedua pendekatan ini.



MPLS, multi-protocol label switching, adalah arsitektur network yang didefinisikan oleh IETF



untuk memadukan mekanisme label swapping di layer 2 dengan routing di layer 3 untuk



mempercepat pengiriman paket. Arsitektur MPLS dipaparkan dalam RFC-3031 [Rosen



2001].





h t t p : / / t e l k o m . i n f o 7





[pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict]





QoS POLICY ROUTING SIGNALLING



PACKET IN FORWARDING PACKET OUT







Network MPLS terdiri atas sirkit yang disebut label-switched path (LSP), yang



menghubungkan titik-titik yang disebut label-switched router (LSR). LSR pertama dan



terakhir disebut ingress dan egress. Setiap LSP dikaitkan dengan sebuah forwarding



equivalence class (FEC), yang merupakan kumpulan paket yang menerima perlakukan



forwarding yang sama di sebuah LSR. FEC diidentifikasikan dengan pemasangan label.



Untuk membentuk LSP, diperlukan suatu protokol persinyalan. Protokol ini menentukan



forwarding berdasarkan label pada paket. Label yang pendek dan berukuran tetap



mempercepat proses forwarding dan mempertinggi fleksibilitas pemilihan path. Hasilnya



adalah network datagram yang bersifat lebih connection-oriented.





Enkapsulasi Paket



Tidak seperti ATM yang memecah paket-paket IP, MPLS hanya melakukan enkapsulasi



paket IP, dengan memasang header MPLS. Header MPLS terdiri atas 32 bit data, termasuk



20 bit label, 2 bit eksperimen, dan 1 bit identifikasi stack, serta 8 bit TTL. Label adalah



bagian dari header, memiliki panjang yang bersifat tetap, dan merupakan satu-satunya



tanda identifikasi paket. Label digunakan untuk proses forwarding, termasuk proses traffic



engineering.



HEADER HEADER DATA CUSTOMER



MPLS IP



KELAS



LABEL LAYANAN STACK TTL



(CoS)







h t t p : / / t e l k o m . i n f o 8





[pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict]





Setiap LSR memiliki tabel yang disebut label-swiching table. Tabel itu berisi pemetaan label



masuk, label keluar, dan link ke LSR berikutnya. Saat LSR menerima paket, label paket



akan dibaca, kemudian diganti dengan label keluar, lalu paket dikirimkan ke LSR berikutnya.



Selain paket IP, paket MPLS juga bisa dienkapsulasikan kembali dalam paket MPLS. Maka



sebuah paket bisa memiliki beberapa header. Dan bit stack pada header menunjukkan



apakah suatu header sudah terletak di 'dasar' tumpukan header MPLS itu.





Distribusi Label



Untuk menyusun LSP, label-switching table di setiap LSR harus dilengkapi dengan



pemetaan dari setiap label masukan ke setiap label keluaran. Proses melengkapi tabel ini



dilakukan dengan protokol distribusi label. Ini mirip dengan protokol persinyalan di ATM,



sehingga sering juga disebut protokol persinyalan MPLS. Salah satu protokol ini adalah LDP



(Label Distribution Protocol).



LDP hanya memiliki feature dasar dalam melakukan forwarding. Untuk meningkatkan



kemampuan mengelola QoS dan rekayasa trafik, beberapa protokol distribusi label lain telah



dirancang dan dikembangkan juga. Yang paling banyak disarankan adalah CR-LDP



(constraint-based routing LDP) dan RSVP-TE (RSVP dengan ekstensi Traffic Engineering).





Rekayasa Trafik dengan MPLS



Rekayasa trafik (traffic engineering, TE) adalah proses pemilihan saluran data traffic untuk



menyeimbangkan beban trafik pada berbagai jalur dan titik dalam network. Tujuan akhirnya



adalah memungkinkan operasional network yang andal dan efisien, sekaligus



mengoptimalkan penggunaan sumberdaya dan performansi trafik. Panduan TE untuk MPLS



(disebut MPLS-TE) adalah RFC-2702 [Awduche 1999a]. RFC-2702 menyebutkan tiga



masalah dasar berkaitan dengan MPLS-TE, yaitu:





n Pemetaan paket ke dalam FEC



n Pemetaan FEC ke dalam trunk trafik



n Pemetaan trunk trafik ke topologi network fisik melalui LSP





Namun RFC hanya membahas soal ketiga. Soal lain dikaji sebagai soal-soal QoS. Awduche



[1999b] menyusun sebuah model MPLS-TE, yang terdiri atas komponen-komponen:



manajemen path, penempatan trafik, penyebaran keadaan network, dan manajemen



network.





h t t p : / / t e l k o m . i n f o 9





[pict]





Manajemen Path



Manajemen path meliputi proses-proses pemilihan route eksplisit berdasar kriteria tertentu,



serta pembentukan dan pemeliharaan tunnel LSP dengan aturan-aturan tertentu. Proses



pemilihan route dapat dilakukan secara administratif, atau secara otomatis dengan proses



routing yang bersifat constraint-based. Proses constraint-based dilakukan dengan kalkulasi



berbagai alternatif routing untuk memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dalam kebijakan



administratif. Tujuannya adalah untuk mengurangi pekerjaan manual dalam TE.



Setelah pemilihan, dilakukan penempatan path dengan menggunakan protokol persinyalan,



yang juga merupakan protokol distribusi label. Ada dua protokol jenis ini yang sering



dianjurkan untuk dipakai, yaitu RSVP-TE dan CR-LDP.



Manajemen path juga mengelola pemeliharaan path, yaitu menjaga path selama masa



transmisi, dan mematikannya setelah transmisi selesai.



Terdapat sekelompok atribut yang melekat pada LSP dan digunakan dalam operasi



manajemen path. Atribut-atribut itu antara lain:



n Atribut parameter trafik, adalah karakteristrik trafik yang akan ditransferkan, termasuk



nilai puncak, nilai rerata, ukuran burst yang dapat terjadi, dll. Ini diperlukan untuk



menghitung resource yang diperlukan dalam trunk trafik.



n Atribut pemilihan dan pemeliharaan path generik, adalah aturan yang dipakai untuk



memilih route yang diambil oleh trunk trafik, dan aturan untuk menjaganya tetap hidup.



n Atribut prioritas, menunjukkan prioritas pentingnya trunk trafik, yang dipakai baik dalam



pemilihan path, maupun untuk menghadapi keadaan kegagalan network.



n Atribut pre-emption, untuk menjamin bahwa trunk trafik berprioritas tinggi dapat



disalurkan melalui path yang lebih baik dalam lingkungan DiffServ. Atribut ini juga



dipakai dalam kegiatan restorasi network setelah kegagalan.



n Atribut perbaikan, menentukan perilaku trunk trafik dalam kedaan kegagalan. Ini meliputi



deteksi kegagalan, pemberitahuan kegagalan, dan perbaikan.



n Atribut policy, menentukan tindakan yang diambil untuk trafik yang melanggar, misalnya



trafik yang lebih besar dari batas yang diberikan. Trafik seperti ini dapat dibatasi,



ditandai, atau diteruskan begitu saja.



Atribut-atribut ini memiliki banyak kesamaan dengan network yang sudah ada sebelumnya.



Maka diharapkan tidak terlalu sulit untuk memetakan atribut trafik trunk ini ke dalam



arsitektur switching dan routing network yang sudah ada.





Penempatan Trafik



Setelah LSP dibentuk, trafik harus dikirimkan melalui LSP. Manajemen trafik berfungsi



mengalokasikan trafik ke dalam LSP yang telah dibentuk. Ini meliputi fungsi pemisahan,



yang membagi trafik atas kelas-kelas tertentu, dan fungsi pengiriman, yang memetakan



trafik itu ke dalam LSP.



h t t p : / / t e l k o m . i n f o 10





[pict]





Hal yang harus diperhatikan dalam proses ini adalah distribusi beban melewati deretan LSP.



Umumnya ini dilakukan dengan menyusun semacam pembobotan baik pada LSP-LSP



maupun pada trafik-trafik. Ini dapat dilakukan secara implisit maupun eksplisit.





Penyebaran Informasi Keadaan Network



Penyebaran ini bertujuan membagi informasi topologi network ke seluruh LSR di dalam



network. Ini dilakukan dengan protokol gateway seperti IGP yang telah diperluas.



Perluasan informasi meliputi bandwidth link maksimal, alokasi trafik maksimal, pengukuran



TE default, bandwidth yang dicadangkan untuk setiap kelas prioritas, dan atribut-atribut



kelas resource. Informasi-informasi ini akan diperlukan oleh protokol persinyalan untuk



memilih routing yang paling tepat dalam pembentukan LSP.





Manajemen Network



Performansi MPLS-TE tergantung pada kemudahan mengukur dan mengendalikan



network. Manajemen network meliputi konfigurasi network, pengukuran network, dan



penanganan kegagalan network.



Pengukuran terhadap LSP dapat dilakukan seperti pada paket data lainnya. Traffic flow



dapat diukur dengan melakukan monitoring dan menampilkan statistika hasilnya. Path loss



dapat diukur dengan melakukan monitoring pada ujung-ujung LSP, dan mencatat trafik yang



hilang. Path delay dapat diukur dengan mengirimkan paket probe menyeberangi LSP, dan



mengukur waktunya. Notifikasi dan alarm dapat dibangkitkan jika parameter-parameter yang



ditentukan itu telah melebihi ambang batas.





Protokol Persinyalan



Pemilihan path, sebagai bagian dari MPLS-TE, dapat dilakukan dengan dua cara: secara



manual oleh administrator, atau secara otomatis oleh suatu protokol persinyalan. Dua



protokol persinyalan yang umum digunakan untuk MPLS-TE adalah CR-LDP dan RSVP-TE.



RSVP-TE memperluas protokol RSVP yang sebelumnya telah digunakan untuk IP, untuk



mendukung distribusi label dan routing eksplisit. Sementara itu CR-LDP memperluas LDP



yang sengaja dibuat untuk distribusi label, agar dapat mendukung persinyalan berdasar



QoS dan routing eksplisit.



Ada banyak kesamaan antara CR-LDP dan RSVP-TE dalam kalkulasi routing yang bersifat



constraint-based. Keduanya menggunakan informasi QoS yang sama untuk menyusun



routing eksplisit yang sama dengan alokasi resource yang sama. Perbedaan utamanya



adalah dalam meletakkan layer tempat protokol persinyalan bekerja. CR-LDP adalah



protokol yang bekerja di atas TCP atau UDP, sedangkan RSVP-TE bekerja langsung di atas



IP. Perbandingan kedua protokol ini dipaparkan dalam tebal berikut [Wang 2001]





h t t p : / / t e l k o m . i n f o 11





[pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict]





Feature CR-LDP RSVP-TE



Transport TCP and UDP Raw IP



Security IP-Sec RSVP Authentication



Multipoint-to-point Yes Yes



LSP merging Yes Yes



LSP state Hard Soft



LSP refresh Not needed Periodic



Redundancy Hard Easy



Rerouting Yes Yes



Explicit routing Strict and loose Strict and loose



Route pinning Yes By recording path



LSP pre-emption Priority based Priority based



LSP protection Yes Yes



Shared reservations No Yes



Traffic control Forward path Reverse path



Policy control Implicit Explicit



Layer 3 protocol ID No Yes





Untuk standardisasi, sejak tahun 2003 sebagian besar implementor telah memilih untuk



menggunakan RSVP-TE dan meninggalkan CR-LDP. Hal ini diinformasikan dalam RFC-



3468. Lebih jauh, RSVP-TE dikaji dalam RFC-3209.





Implementasi QoS pada MPLS



Untuk membangun jaringan lengkap dengan implementasi QoS dari ujung ke ujung,



diperlukan penggabungan dua teknologi, yaitu implementasi QoS di access network dan



QoS di core network. Seperti telah dipaparkan, QoS di core network akan tercapai secara



optimal dengan menggunakan teknologi MPLS. Ada beberapa alternatif untuk implementasi



QoS di access network, yang sangat tergantung pada jenis aplikasi yang digunakan



customer.





MPLS dengan IntServ



Baik RSVP-TE maupun CR-LDP mendukung IntServ [Gray 2001]. RSVP-TE lebih alami



untuk soal ini, karena RSVP sendiri dirancang untuk model IntServ. Namun CR-LDP tidak



memiliki kelemahan untuk mendukung IntServ.



Permintaan reservasi dilakukan dengan pesan PATH di RSVP-TE atau Label Request di



CR-LDP. Di ujung penerima, egress akan membalas dengan pesan RESV untuk RSVP-TE



atau Label Mapping untuk CR-LDP, dan kemudian resource LSR langsung tersedia bagi



aliran trafik dari ingress. Tidak ada beda yang menyolok antara kedua cara ini dalam



mendukung model IntServ.



h t t p : / / t e l k o m . i n f o 12





[pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict]







MPLS dengan DiffServ



Dukungan untuk DiffServ dilakukan dengan membentuk LSP khusus, dinamai L-LSP, yang



secara administratif akan dikaitkan dengan perlakukan khusus pada tiap kelompok PHB.



Alternatif lain adalah dengan mengirim satu LSP bernama E-LSP untuk setiap kelompok



PHB.



Beda L-LSP dan E-LSP adalah bahwa E-LSP menggunakan bit-bit EXT dalam header



MPLS untuk menunjukkan kelas layanan yang diinginkan; sementara L-LSP membedakan



setiap kelas layanan dalam label itu sendiri. Baik RSVP-TE dan LDP dapat digunakan untuk



mendukung LSP khusus untuk model DiffServ ini.



RFC-3270 mengeksplorasi lebih jauh dukungan MPLS atas model DiffServ ini.





Alternatif Implementasi Jaringan



ATM



Sesuai spesifikasi ITU, ATM telah memiliki implementasi QoS yang sangat baik. Kontrak



trafik dengan user selalu meliputi jenis trafik dan QoS yang dibutuhkan. Diferensiasi layanan



disediakan dengan berbagai jenis AAL. Trafik IP misalnya, akan diangkut dengan AAL 5.



AAL 1 hingga 4 higunakan untuk trafik suara, video, dan trafik data non IP.





CPE CPE



CPE CPE



CPE CPE



ATM TRAFFIC



ATM TRAFFIC



ATM NETWORK



CPE CPE



CPE CPE



CPE CPE



ATM TRAFFIC



CPE ATM TRAFFIC CPE







h t t p : / / t e l k o m . i n f o 13





[pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict]





Kelemahan implementasi langsung ATM adalah bahwa customer harus menyediakan



terminal ATM pada instalasi mereka. Ini bukan soal mudah, karena sebagian besar



customer diperkirakan hanya akan menggunakan perangkat IP. Keharusan mengadakan



perangkat baru akan mengurangi minat menggunakan layanan ini.





IP over ATM



Untuk mempermudah customer, provider dapat membangun skema IP over ATM; yaitu



dengan membangun core network berbasis ATM dan interface ke customer menggunakan



IP. Customer dapat langsung berkomunikasi dengan IP dari instalasi mereka tanpa



perangkat tambahan. Customer yang memiliki kebutuhan network bukan IP dapat langsung



berinterface dengan struktur ATM yang juga tersedia. Kontrak trafik akan menyebutkan



apakah pelanggan akan terhubung ke router IP atau switch ATM.



CPE CPE



IP TRAFFIC



CPE CPE



IP NETWORK



CPE CPE



ATM TRAFFIC



ATM TRAFFIC ATM NETWORK



CPE CPE



CPE CPE



ATM



SWITCH



CPE ATM CPE



SWITCH IP ROUTER



CPE IP TRAFFIC CPE





IP akan terenkapsulasi dalam AAL 5, yaitu AAL yang digunakan untuk trafik non-real-time,



variable-bit-rate, yang bersifat baik connectionless or connection oriented. Enkapsulasi ini



digambarkan dalam diagram berikut.





PDU Payload Pad PDU Trailer



IP Header User's Data UUI CPI Length CRC









h t t p : / / t e l k o m . i n f o 14





[pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict]





Konfigurasi IP over ATM umumnya membutuhkan pembentukan PVC antara router di tepian



network ATM. Routing IP dan switching ATM merupajan proses yang sama sekali terpisah



dan tidak saling mempengaruhi. Artinya pembentukan routing IP sama sekali tidak



mempertimbangkan topologi network ATM di bawahnya. Ada potensi masalah di sini. Bagi



network ATM, proses ini dapat menurunkan efisiensi total, karena PVC dilihat oleh IP



sebagai sebuah link tunggal yang cost dan prioritasnya sama dengan link lainnya. Bagi IP,



jika sebuah link ATM putus, beberapa link antar router dapat terputus, mengakibatkan



masalah pada update data routing sekaligus dalam jumlah besar.





MPLS



Karena sebagian besar kelebihan ATM telah terlingkupi dalam teknologi ATM, sebenarnya



jaringan IP over ATM dapat digantikan oleh sebuah jaringan MPLS. MPLS bersifat alami



bagi dunia IP. Traffic engineering pada MPLS memperhitungkan sepenuhnya karakter trafik



IP yang melewatinya.



Keuntungan lain adalah tidak diperlukannya kerumitan teknis seperti enkapsulasi ke dalam



AAL dan pembentukan sel-sel ATM, yang masing-masing menambah delay, menambah



header, dan memperbesar kebutuhan bandwidth. MPLS tidak memerlukan hal-hal itu.



CPE CPE



CPE CPE



CPE CPE



IP TRAFFIC



IP TRAFFIC



EDGE LSR EDGE LSR



LSR



MPLS NETWORK



CPE CPE



CPE CPE



LSR



CPE EDGE LSR EDGE LSR CPE



IP TRAFFIC



CPE IP TRAFFIC CPE





Persoalan besar dengan MPLS adalah bahwa hingga saat ini belum terbentuk dukungan



untuk trafik non IP. Skema-skema L2 over MPLS (termasuk Ethernet over MPLS, ATM over



MPLS, dan FR over MPLS) sedang dalam riset yang progresif, tetapi belum masuk ke tahap



pengembangan secara komersial.



Yang cukup menjadikan harapan adalah banyaknya alternatif konversi berbagai jenis trafik



ke dalam IP, sehingga trafik jenis itu dapat pula diangkut melalui jaringan MPLS. Juga



proposal-proposal teknologi GMPLS sedang memasuki tahap standarisasi, sehingga ada



harapan bahwa berbagai jenis teknologi dari layer 3 hingga layer 0 dapat dikonvergensikan



dalam skema GMPLS.



h t t p : / / t e l k o m . i n f o 15





[pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict]







MPLS over ATM



MPLS over ATM adalah alternatif untuk menyediakan interface IP/MPLS dan ATM dalam



suatu jaringan. Alternatif ini lebih baik daripada IP over ATM, karena menciptakan semacam



IP over ATM yang tidak lagi saling acuh. Alternatif ini juga lebih baik daripada MPLS tunggal,



karena mampu untuk mendukung trafik non IP jika dibutuhkan customer.



Seperti paket IP, paket MPLS akan dienkapsulasikan ke dalam AAL 5, kemudian



dikonversikan menjadi sel-sel ATM.



PDU Payload Pad PDU Trailer



MPLS Header IP Header User's Data









Kelemahan sistem ini adalah bahwa keuntungan MPLS akan berkurang, karena banyak



kelebihannya yang akan overlap dengan keuntungan ATM. Alternatif ini sangat tidak cost-



effective.





Hibrida MPLS-ATM



Hibrida MPLS-ATM adalah sebuah network yang sepenuhnya memadukan jaringan MPLS



di atas core network ATM. MPLS dalam hal ini berfungsi mengintegrasikan fungsionalitas IP



dan ATM, bukan memisahkannya. Tujuannya adalah menyediakan network yang dapat



menangani trafik IP dan non-IP sama baiknya, dengan efisiensi tinggi.



Network terdiri atas LSR- ATM. Trafik ATM diolah sebagai trafik ATM. Trafik IP diolah



sebagai trafik ATM-MPLS, yang akan menggunakan VPI and VCI sebagai label. Format sel



ATM-MPLS digambarkan sebagai berikut.







h t t p : / / t e l k o m . i n f o 16





[pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict]





Header Payload



(5 bytes) (48 bytes)



GFC VPI VCI PT CLP HEC



Generic Flow Virtual Path Virtual Channel Payload Type Cell Loss Header Error



Control Identifier Identifier (3 bits) Priority Control



(4 bits) (8 bits) (16 bits) (1 bit) (8 bit)



Label



(20 bits)





Integrasi switch ATM dan LSR diharapkan mampu menggabungkan kecepatan switch ATM



dengan kemampuan multi layanan dati MPLS. Biaya bagi pembangunan dan pemeliharaan



network masih cukup optimal, mendekati biaya bagi network ATM atau network MPLS.



CPE CPE



CPE CPE



CPE CPE



IP/ATM TRAFFIC



IP/ATM TRAFFIC



EDGE EDGE



ATM-LSR ATM-LSR ATM-LSR



MPLS NETWORK



CPE CPE



CPE CPE



CPE EDGE ATM-LSR EDGE CPE



ATM-LSR ATM-LSR



IP/ATM TRAFFIC



CPE IP/ATM TRAFFIC CPE







Interface ke Layer Bawah



Di network yang tidak memiliki ATM, paket MPLS dapat langsung dilewatkan pada struktur



SDH. Salah satu metode yang disarankan adalah dengan POS (packet over SDH), seperti



yang dikaji dalam RFC-1619. POS adalah interface yang dirancang untuk mentransferkan



paket point-to-point ke dalam frame-frame SONET atau SDH.





h t t p : / / t e l k o m . i n f o 17





[pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict]





Point-to-Point Protocol (PPP)



Protokol yang dirancang sebagai metode komunikasi dalam link point-to-point adalah PPP



(RFC-1661). PPP memiliki fungsi enkapsulasi multi protokol, error control, dan kontrol



inisialisasi link. Overhead PPP juga relatif kecil, sehingga tepat digunakan untuk link yang



hemat bandwidth. Enkapsulasi MPLS dengan PPP digambarkan sebagai berikut::





Protocol Payload Pad



MPLS Header IP Header User's Data







Pemetaan ke SDH



Seperti yang dipersyaratkan dalam RFC-1662, paket yang telah dienkapsulasi dengan PPP



harus diframekan dengan high-level data-link control (HDLC).



Untuk dikirim melalui SDH, frame HDLC ini kemudian dipetakan secara sinkron ke SPE



(synchronous payload envelope). Rate dasar untuk PPP over SDH adalah STM-1, yaitu



155.52 Mb/s, yang mengandung rate informasi sebesar 149.76 Mb/s, yaitu sebesar STM-1



dikurangi overhead.



Informasi dengan rate lebih kecil bisa dipetakan ke VT (virtual tributary) dari SDH, yang



setara dengan sinyal E1, hingga E3.





VPN dengan MPLS



Salah satu feature MPLS adalah kemampuan membentuk tunnel atau virtual circuit yang



melintasi networknya. Kemampuan ini membuat MPLS berfungsi sebagai platform alami



untuk membangun virtual private network (VPN).



VPN yang dibangun dengan MPLS sangat berbeda dengan VPN yang hanya dibangun



berdasarkan teknologi IP, yang hanya memanfaatkan enkripsi data. VPN dpada MPLS lebih



mirip dengan virtual circuit dari FR atau ATM, yang dibangun dengan membentuk isolasi



trafik. Trafik benar-benar dipisah dan tidak dapat dibocorkan ke luar lingkup VPN yang



didefinisikan.



h t t p : / / t e l k o m . i n f o 18





[pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict]





Lapisan pengamanan tambahan seperti IPSec dapat diaplikasikan untuk data security, jika



diperlukan. Namun tanpa metode semacam IPSec pun, VPN dengan MPLS dapat



digunakan dengan baik.





Feature bagi Customer



Di dalam VPN, customer dapat membentuk hubungan antar lokasi. Konektivitas dapat



terbentuk dari titik mana pun ke titik mana pun (banyak arah sekaligus), tanpa harus



melewati semacam titik pusat, dan tanpa harus menyusun serangkaian link dua arah. Ini



dapat digunakan sebagai platform intranet yang secara efisien melandasi jaringan IP sebuah



perusahaan. Ini juga dapat digunakan sebagai extranet yang menghubungkan perusahaan-



perusahaan yang terikat perjanjian.



Mekanisme pembentukan VPN telah tercakup dalam konfigurasi MPLS, sehingga tidak



diperlukan perangkat tambahan di site customer. Bahkan, jika diinginkan, konfigurasi VPN



sendiri dapat dilakukan dari site provider.





Mekanisme VPN



Ada beberapa rancangan yang telah diajukan untuk membentuk VPN berbasis IP dengan



MPLS. Belum ada satu pun yang dijadikan bakuan. Namun ada dua rancangan yang secara



umum lebih sering diacu, yaitu MPLS-VPN dengan BGP, dan explicitly routed VPN. MPLS-



VPN dengan BGP saat ini lebih didukung karena alternatif lain umumnya bersifat



propriertary dan belum menemukan bentuk final.



Panduan implementasi MPLS-VPN dengan BGP adalah RFC-2547. BGP mendistribusikan



informasi tentang VPN hanya ke router dalam VPN yang sama, sehingga terjadi pemisahan



trafik. E-LSR dari provider berfungsi sebagai provider-edge router (PE) yang terhubung ke



customer-edge router (CE). PE mempelajari alamat IP dan membentuk sesi BGP untuk



berbagi info ke PE lain yang terdefinisikan dalam VPN. BGP untuk MPLS berbeda dengan



BGP untuk paket IP biasa, karena memiliki ekstensi multi-protokol seperti yang didefinisikan



dalam RFC-2283.





GMPLS



Konvergensi Vertikal



GMPLS (generalised MPLS) adalah konsep konvergensi vertikal dalam teknologi transport,



yang tetap berbasis pada penggunaan label seperti MPLS. Setelah MPLS dikembangkan



untuk memperbaiki jaringan IP, konsep label digunakan untuk jaringan optik berbasis



DWDM, dimana panjang gelombang (λ) digunakan sebagai label. Standar yang digunalan



disebut MPλS. Namun, mempertimbangkan bahwa sebagian besar jaringan optik masih



memakai SDH, bukan hanya DWDM, maka MPλS diperluas untuk meliputi juga TDM, ADM



dari SDH, OXC. Konsep yang luas ini lah yang dinamai GMPLS.



h t t p : / / t e l k o m . i n f o 19





[pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict]





GMPLS merupakan konvergensi vertikal, karena ia menggunakan metode label switching



dalam layer 0 hingga 3 [Allen 2001]. Tujuannya adalah untuk menyediakan network yang



secara keseluruhan mampu menangani bandwidth besar dengan QoS yang konsisten dan



pengendalian penuh. Diharapkan GMPLS akan menggantikan teknologi SDH dan ATM



klasik, yang hingga saat ini masih menjadi layer yang paling mahal dalam pembangunan



network.





IP



ATM IP / MPLS



IP / GMPLS



SDH SDH IP / GMPLS



SDH (CORE)



DWDM DWDM DWDM / DWDM /



SWITCH OPTIK SWITCH OPTIK



W A K T U





GMPLS akan diperdalam dalam whitepaper terpisah.







h t t p : / / t e l k o m . i n f o 20





[pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict]







Daftar Singkatan



n AAL = ATM Adaptation Layer



n ATM = Asynchronous Transfer Mode



n BGP = Border Gateway Protocol (IP/MPLS)



n CE = Customer Edge (VPN)



n CR = Constraint-Based Routing



n DiffServ = Differentiated Service (IP)



n DSCP = DiffServ Code Point



n DWDM = Dense Wavelength Division Multiplexing



n FEC = Forwarding-Equivalence Class (MPLS)



n FR = Frame Relay



n GMPLS = Generalized Multi Protocol Label Switching



n HDLC = High-Level Data-Link Control



n IETF = Internet Engineering Task Force



n IntServ = Integrated Service (IP)



n IP = Internet Protocol



n LDP = Label Distribution Protocol (MPLS)



n LSP = Label-Switched Path (MPLS)



n LSR = Label-Switched Router (MPLS)



n MEGACO = Media Gateway Controller



n MPLS = Multi Protocol Label Switching



n MP?S = Multi Protocol Lambda (Wavelength) Switching



n NGN = Next Generation Network



n OXC = Optical Cross Connect



n PE = Provider Edge (VPN)



n POS = Packet over SONET, Packet over SDH



n PPP = Point to Point Protocol



n PVC = Permanent Virtual Circuit (ATM)



n QoS = Quality of Service



n RFC = Request for Comments (IETF)



n RSVP = Resource Reservation Protocol (IP/MPLS)



n RTP = Real-Time Transport Protocol (IP)



n SDH = Synchronous Digital Hierarchy



n SIP = Session Initiation Protocol



h t t p : / / t e l k o m . i n f o 21





[pict][pict][pict][pict][pict][pict][pict]





n SONET = Synchronous Optical Network



n SPE = Synchronous Payload Envelope



n TCP = Transmission Control Protocol (IP)



n TDM = Time Division Multiplexing



n TE = Traffic Engineering



n TTL = Time to Live (IP/MPLS)



n UDP = User Datagram Protocol (IP)



n VC = Virtual Circuit (ATM), Virtual Container (SDH)



n VPN = Virtual Private Network



n VT = Virtual Tributary (SDH)







Referensi



Buku, Paper, Standar



n Awduche E et.al. (1999a). Requirements for Traffic Engineering over MPLS. RFC-2702.



Internet Society.



n Gray EW (2001). MPLS: Implementing The Technology. Boston, Addison-Wesley.



n Hall EA (2000). Internet Core Protocols: The Definitive Guide. Sebastopol, O’Reilly.



n Rosen E and Rekhter Y (1999). BGP/MPLS VPNs. RFC-2547. Internet Society.



n Rosen E et.al. (2001). Multiprotocol Label Switching Architecture. RFC-3031. Internet



Society.



n Wang Z (2001). Internet QoS: Architectures and Mechanisms for Quality of Service. San



Francisco, Morgan-Kaufmann.



n Xiao X (2000). Providing Quality of Service in the Internet. PhD Dissertation. Michigan,



Michigan State University.





Artikel di Jurnal dan Majalah



n Allen D (2001) How Will Multiprotocol Lambda Switching Change Optical Networks?



etwork Magazine, May 2001, pp 70-74.



n Awduche D (1999b). MPLS and Traffic Engineering in IP Networks. IEEE



Communications Magazine, December 1999, pp 42-47.



n Bernet Y (2000). The Complementary Roles of RSVP and Differentiated Services in the



Full-Service QoS Network. IEEE Communications Magazine, February 2000, pp 154-



162.



n Courtney R (2001). IP QoS: Tracking the Different Level. Telecommunications



Magazine, January 2001, pp 58-60.



h t t p : / / t e l k o m . i n f o 22





[pict][pict]





n Dovrolis C and Ramanathan P (1999). A Case for Relative Differentiated Services and



the Proportional Differentiation Model. IEEE Network, September/October 1999, pp 26-



34.



n Dutta-Roy A (2000). The Cost of Quality in Internet-style Networks. IEEE Spectrum,



September 2000.



n Hay R (2000). Comparing POS and ATM Interfaces. IEEE Computer, August 2000, pp



102-106.



n Lawrence J (2001). Designing Multiprotocol Label Switching Networks. IEEE



Communications Magazine, July 2001, pp 134-142.



n Manchester J et.al. (1998). IP over SONET. IEEE Communications Magazine, May



1998, pp 136-142.



n Mathy L et.al. (2000). The Internet: A Global Telecommunications Solution? IEEE



Network, July/August 2000, pp 46-57



n Viswanathan A et.al. (1998). Evolution of Multiprotocol Label Switching. IEEE



Communications Magazine, May 1998, pp 165-172.



n White P (1997). RSVP and Integrated Service in the Internet: A Tutorial. IEEE



Communications Magazine, May 1997, pp 100-106.





h t t p : / / t e l k o m . i n f o 23


/[ 0 komentar Untuk Artikel Jaringan MPLS Whitepaper]\

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Rank